Kalender Saka dapat dikatakan sebagai sistem penanggalan Lunisolar (kalender Suryachandra). Kalender Lunisolar yang dimaksud adalah kalender yang menggunakan fase bulan sebagai acuan utama, dan juga menambahkan pergantian musim di dalam perhitungan tiap tahunnya. Kalender Saka ini ditandai dengan adanya bulan-bulan kabisat.
Dalam kalender Saka yang berlaku di Bali, jatuhnya bulan-bulan kabisat, tidak sama diantara para pengamat wariga. banyak varian dalam penggunaan sistem kabisat ini.
Disaat tahun 1948-1949, diadakan paruman /rapat yang dilakukan oleh para Sulinggih ( Pandita) di Bali dan Lombok. Hasil paruman tersebut memberi kepercayaan kepada alm. Ketut Bangbang Gde Rawi untuk menyusun kalender Bali yang disusun berdasarkan perhitungan Bulan sekaligus matahari.
Sistem perhitungan Matahari (Surya) & Bulan ( Chandra)
Seperti kalender Julian ataupun Gregorian, dalam satu minggu terdapat 7 hari dan inilah yang menjadi kesamaan di tiap-tiap kalender di Dunia. Dalam sistem kalender Bali, 1 munggu yang terdiri dari 7 hari disebut Saptawara. Saptawara sering digunakan bersama dengan Triwara (mingguan dengan tiga hari) dan Pancawara (mingguan dengan lima hari). Bagi orang Bali awam sekalipun, sudah mengenal kesepuluh jenis mingguan tersebut yang dinamakan Wewaran.Adapun jenis-jenis Wewaran tersebut adalah :
Ekawara
- Luang (tunggal/kosong); urip:1; Dewa: Sang Hyang Ekataya; bertempat di barat daya
Dwiwara
- Menga (terbuka/terang); 5; Sanghyang Kalima, di timur
- Pepet (tertutup/gelap); 7; Sanghyang Timira, di barat
Triwara
- Pasah/Dora yang berarti tersisih, baik untuk Dewa Yadnya; 9; Sanghyang Cika; di selatan
- Beteng/Waya yang berarti makmur, baik untuk Manusa Yadnya;4. Sanghyang Wacika; di utara
- Kajeng/Byantara yang berarti tekanan tajam atau dimakan (Bali ‘kaajeng’), baik untuk Bhuta Yadnya; 7; Sanghyang Manacika; di barat
Caturwara
- Sri (kemakmuran);4;Bhagawan Bregu, utara
- Laba (laba/pemberian/keuntungan);5;Bhagawan Kanwa,timur
- Jaya (unggul);9;Bhagawan Janaka,selatan
- Mandala (daerah);7;Bhagawan Narada,barat
Pancawara
- Umanis yang berarti rasa; 5; Dewa Iswara, timur
- Paing yang berarti cipta; 9; Dewa Brahma, selatan
- Pon yang berarti idep; 7; Dewa Mahadewa, barat
- Wage yang berarti angan, 4; Dewa Wishnu, utara
- Kliwon yang berarti budhi; 8; Dewa Siwa, tengah
Sadwara
- Tungleh (tak kekal) ; 7; Sanghyang Indra, barat
- Aryang (kurus): 6; Sanghyang Bharuna, timur laut
- Urukung (punah); 5; Sanghyang Kwera, timur
- Paniron (gemuk); 8; Sanghyang Bayu, tenggara
- Was (kuat); 9; Sanghyang Bajra, selatan
- Maulu (membiak); 3; Sanghyang Airawana, barat daya
Saptawara
- Radite/Minggu berarti soca, menanam yang beruas; 5; Sanghyang Bhaskara (matahari), timur
- Soma/Senin berarti bungkah, menanam umbi-umbian; 4; Sanghyang Chandra (bulan), utara
- Anggara/Selasa berarti godhong, menanam sayuran daun; 3; Sanghyang Angaraka (mars), barat daya
- Buddha/Rabu berarti kembang, menanam semua jenis bunga; 7; Sanghyang Udaka (merkurius), barat
- Wraspati/Kamis berarti wija, menanam yang menghasilkan biji; 8; Bhagawan Brehaspati (jupiter), tenggara
- Sukra/Jum’at berarti woh, menanam buah-buahan; 6; Bhagawan Bregu/Sukra (venus), timur laut
- Saniscara/Sabtu berarti pager, menanam tanaman sebagai pagar; 9; Sanghyang Wasurama (saturnus), selatan
Astawara
- Sri berarti makmur (pengatur); Bhatari Giriputri
- Indra berarti indah (penggerak); Sanghyang Indra
- Guru berarti tuntunan (penuntun); Sanghyang Guru
- Yama berarti adil (keadilan); Sanghyang Yama
- Ludra berarti peleburan; Sanghyang Rudra
- Brahma berarti pencipta; Sanghyang Brahma
- Kala berarti nilai; Sanghyang Kalantaka
- Uma berarti pemelihara/peneliti; Sanghyang Amreta
Sangawara
- Dangu artinya antara terang dan gelap, Bhuta Urung
- Jangur artinya antara jadi dan batal, Bhuta Pataha
- Gigis artinya sederhana, Bhuta Jirek
- Nohan artinya gembira, Bhuta raregek
- Ogan artinya bingung, Bhuta Jingkrak
- Erangan artinya dendam, Bhuta Jabung
- Urungan artinya batal, Bhuta Kenying
- Tulus artinya langsung, Sanghyang Saraswati
- Dadi artinya jadi, Sanghyang Dharma
Dasawara
- Pandita artinya bijaksana
- Pati artinya tegas/dinamis
- Suka artinya gembira/periang
- Duka artinya mudah tersinggung, tetapi berjiwa seni
- Sri artinya feminim, halus
- Manuh artinya menurut
- Manusa artinya mempunyai rasa sosial
- Raja artinya mempunyai jiwa kepemimpinan
- Dewa artinya mempunyai budhi luhur
- Raksasa artinya mempunyai jiwa keras dan tanpa pertimbangan
Wewaran dalam masyarakat Bali, digunakan dalam berbagai kegiatan
masyarakatnya. Mulai dari bercocok tanam, bermasyarakat, upacara
pernikahan ataupun ngaben, dan banyak lagi kegiatan-kegiatan masyarakat
yang ditentukan oleh Wewaran. upacara keagamaan rutin yang dilakukan
adalah hari terakhir dari pancawara yang disebut hari Kliwon. Dan juga
pertemuan antara hari terakhir dari Pancawara dan Triwara yang disebut Kajeng Kliwon. begitupula setiap 5 minggu sekali, ada pertemuan dari hari terakhir dari pancawara dan Saptawara yang disebut Tumpek (Saniscara Kliwon).
Selain Wewaran, perhitungan statis lainya adalah Wuku. Wuku secara etimologis berarti ruas, segmen. Satu Wuku terdiri dari 7 hari sesuai dengan perhitungan saptawara, dan satu tahun Wuku terdiri dari 30 minggu.
Satu tahun Wuku, lamanya 210 hari, sistem perhitungan wuku ini
masih berlaku di daerah Jawa, Bali dan Lombok. Setiap wuku diawali
dengan hari Radite/Minggu dalam saptawara. penggunaanya dalam kehidupan
masyarakat di Bali sebagai penentu hari baik-buruk suatu upacara
keagamaan (yadnya).
Adapun nama-nama wuku tersebut antara lain:
- Sinta (Bali/Jawa) dari nama Dewi Sintakasih, Ibu raja Watugunung
- Landep (Bali/Jawa) dari nama Dewi Sanjiwartya, permaisuri raja Watugunung
- Ukir (Bali) Wukir (Jawa) dari nama Raja Giriswara
- Kulantir/Kurantil dari nama Raja Kuladewa
- Tolu dari nama Raja Talu
- Gumbreg dari nama Raja Mrebwana
- Wariga/Warigalit dari nama Raja Waksaya
- Warigadian/Warigagung dari nama Raja Wariwisaya
- Julungwangi/Mrikjulung dari nama Raja Mrikjulung
- Sungsang dari nama Raja Sungsangtaya
- Dungulan/Galungan dari nama Raja Dungulan
- Kuningan dari nama Raja Puspita
- Langkir dari nama Raja Langkir
- Mdangsya/Mandhasia dari nama Raja Mdangsu
- Pujut/Julung Pujut dari nama Raja Pujitpwa
- Pahang dari nama Raja Paha
- Krulut/Kuruwelut dari nama Raja Kruru
- Mrakih/Mrakeh dari nama Raja Mrangsinga
- Tambir dari nama Raja Tambur
- Mdangkungan dari nama Raja Mdangkusa
- Matal/Maktal dari nama Raja Matal
- Uye/Wuye dari nama Raja Uye
- Mnail/Manail dari nama Raja Ijala
- Prangbakat dari nama Raja Yuddha
- Bala dari nama Raja Baliraja
- Ugu/wugu dari nama Raja Wiugah
- Wayang dari nama Raja Ringgita
- Klawu/Kulawu dari nama Raja Kulawudra
- Dukut/Dhukut dari nama Raja Sasawi
- Watugunung dari nama Raja Watugunung sendiri.
Permisi.
ReplyDeleteSaya masih cukup penasaran mengenai perhitungan kalender Saka Bali ini. Mengapa terdapat Pangelong yang dilangkahi pada bulan Januari 2000? Menurut aplikasi kalender Saka Bali yang saya instal di HP saya, tanggal 5 Januari 2000 adalah Pangelong 13 Kanem 1921. Keesokan harinya, 6 Januari 2000 bukan Pangelong 14 Kanem 1921, tapi langsung loncat ke Pangelong 15 Kanem 1921. Padahal tidak ada pengalantaka di sasih tersebut. Mengapa demikian?